DISLIPIDEMIA
Dislipidemia
adalah kalainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan
fraksi lipid dalam plasma. Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, serta penurunan
kolesterol HDL.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Kadar
lipoprotein, terutama LDL meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Pada keadaan
normal pria memiliki kadar LDL yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya
pada wanita lebih banyak. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu
(VLDL dan LDL) adalah (Davey,2002): Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia, obesitas,
diet kaya lemak, kurang melakukan olah raga, penyalahgunaan alkohol, merokok sigaret,
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, hipotiroidisme, sirosis
III.
PATOFISIOLOGI
Lipid
dalam plasma terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak
bebas. Normalnya lemak ditranspor dalam darah berikatan dengan lipid yang
berbentuk globuler. Ikatan protein dan lipid tersebut menghasilkan 4 kelas
utama lipoprotein : kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL. Peningkatan lipid dalam
darah akan mempengaruhi kolesterol, trigliserida dan keduanya (hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia atau kombinasinya yaitu hiperlipidemia).
Hiperlipoproteinemia
biasanya juga terganggu (Silbernagl, 2000). Pasien dengan hiperkolesterolemia
(> 200 – 220 mg/dl serum) merupakan gangguan yang bersifat familial,
berhubungan dengan kelebihan berat badan dan diet. Makanan berlemak meningkatkan
sintesis kolesterol di hepar yang menyebabkan penurunan densitas reseptor LDL
di serum (> 135 mg/dl). Ikatan LDL mudah melepaskan lemak dan kemudian membentuk
plak pada dinding pembuluh darah yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
arterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Silbernagl, 2000).
Jalur transport lipid
dan tempat kerja obat
1. Jalur eksogen
Trigliserida
dan kolesterol dari usus akan dibentuk menjadi kiomikron yang kemudian akan diangkut
ke saluran limfe dan masuk ke duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak, trigliserida
dari kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat
pada permukaan endotel sehingga akan membentuk asam lemak dan kilomikron remnant
(kilomikron yang kehilangan trigliseridanya tetapi masih memiliki ester
kolesterol). Kemudian asam lemak masuk ke dalam endotel ke dalam jaringan lemak
dan sel otot yang selanjutnya akan diubah kembali menjadi trigliserida atau
dioksidasi untuk menghasilkan energi (Ganiswarna, 2007).
Kilomikron
remnan akan dibersihkan oleh hepar dengan mekanisme endositosis dan lisosom sehingga
terbentuk kolesterol bebas yang berfungsi sintesis membran plasma, mielin dan steroid.
Kolesterol dalam hepar akan membentuk kolesterol ester atau diekskresikan dalam
empedu atau diubah menjadi lipoprotein endogen yang masuk ke dalam plasma
(Ganiswarna, 2007). Jika tubuh kekurangan kolesterol, HMG-CoA reduktase akan
aktif dan terjadi sintesis kolesterol dari asetat (Ganiswarna, 2007).
2. Jalur endogen
Trigliserida
dan kolesterol dari hepar diangkut dengan bentuk VLDL ke jaringan kemudian mengalami
hidrolisis sehingga terbentuk lipoprotein yang lebih kecil IDL dan LDL. LDL merupakan
lipoprotein dengan kadar kolesterol terbanyak (60-70%). Peningkatan katabolisme
LDL di plasma dan hepar yang akan meningkatkan kadar kolesterol plasma. Peningkatan
kadar kolesterol tersebut akan membentuk foam cell di dalam makrofag yang berperan
pada arterosklerosis prematur (Ganiswarna, 2007).
Jenis lipoprotein
1. Kilomikron
Lipoprotein
dengan komponen 80% trigliserida dan 5% kolesterol ester. Kilomikron membawa
makanan ke jaringan lemak dan otot rangka serta membawa kolesterol kembali ke hepar.
Kilomikron yang dihidrolisis akan mengecil membentuk kilomikron remnan yang kemudian
masuk ke hepatosit. Kilomikronemia post pandrial mereda setelah 8 – 10 jam (Ganiswarna,
2007).
2. VLDL
Lipoprotein
terdiri dari 60% trigliserida dan 10 – 15 % kolesterol. VLDL digunakan untuk mengangkut
trigliserida ke jaringan. VLDL reman sebagian akan diubah menjadi LDLyang mengikuti
penurunan hipertrigliserida sedangkan sintesis karbohidrat yang berasal dari
asam lemak bebas dan gliserol akan meningkatkan VLDL (Ganiswarna, 2007).
3. IDL
Lipoprotein
yang mengandung 30% trigliserida, dan 20% kolesterol. IDL merupakan zat perantara
sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi IDL (Ganiswarna, 2007).
4. LDL
Lipoprotein
pengangkut kolesterol terbesar (70%). Katabolisme LDL melalui receptormediated
endocytosis di hepar. Hidrolisis LDL menghasilkan kolesterol bebas yang
berfungsi untuk sintesis sel membran dan hormone steroid. Kolesterol juga dapat
disintesis dari enzim HMG-CoA reduktase berdasarkan tinggi rendahnya kolesterol
di dalam sel (Ganiswarna, 2007).
5. HDL
HDL
diklasifikasikan lagi berdasarkan Apoprotein yang dikandungnya. Apo A-I
merupakan apoprotein utama HDL yang merupakan inverse predictor untuk
resiko penyakit jantung koroner. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok,
pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pemakai kombinasi estrogen-progestin.
HDL memiliki efek protektif yaitu mengangkut kolesterol dari perifer untuk di
metabolisme di hepar dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui
paraoksonase (protein antioksidan yang bersosiasi dengan HDL) (Ganiswarna,
2007).
6. Lipoprotein (a)
Terdiri
atas partikel LDL dan apoprotein sekunder selain apoB-100. Lipoprotein jenis
ini menghambat fibrinolisis atau bersifat aterogenik (Ganiswarna, 2007).
IV. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi
Fenotipik
a. Klasifikasi EAS
(European Atheroselerosis Society) (Anwar, 2004).
Tabel 1. Klasifikasi
Berdasarkan EAS (European Atheroselerosis Society) (Anwar, 2004)
Klasifikasi NECP
(National Cholesterol Education Program) (Anwar, 2004).
Tabel 2. Klasifikasi
Berdasarkan NECP (National Cholesterol Education Program) (Anwar, 2004)
c. Klasifikasi WHO
(World Health Organization) (Anwar, 2004).
Tabel 3. Klasifikasi
Berdasarkan WHO (World Health Organization) (Anwar, 2004).
Klasifikasi Patogenik
Klasifikasi
dislipidemia berdasarkan atas ada atau tidaknya penyakit dasar yaitu primer dan
sekunder. Dislipidmia primer memiliki penyebab yang tidak jelas sedangkan
dislipidemia sekunder memiliki penyakit dasar seperti sindroma nefrotik,
diabetes melitus, hipotiroidisme (Sudoyo, 2006). Contoh dari dislipidemia
primer adalah hiperkolesterolemia poligenik, hiperkolesterolemia familial,
hiperlipidemia kombinasi familial, dan lain-lain (Anwar, 2004).
V.
GEJALA KLINIS
Kebanyakan
pasien adalah asimptomatik selama bertahun-tahun sebelum penyakit jelas secara
klinis. Gejala-gejala yang bisa tampak diantaranya berkeringat, jantung
berdebar, nafas pendek dan cemas.
VI. DIAGNOSIS
1. Pada anamnesis
biasanya didapatkan pasien dengan faktor resiko seperti kegemukan, diabetes
mellitus, konsumsi tinggi lemak, merokok dan faktor resiko lainnya.
2. Pada pemeriksaan
fisik sukar ditemukan kelainan yang spesifik kecuali jika didaptkan riwayat
penyakit yang menjadi faktor resiko dislipidemia. Selain itu, kelainan mungkin didaptkan
bila sudah terjadi komplikasi lebih lanjut seperti penyakit jantung koroner.
3. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosa. Pemeriksaan
yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol
HDL dan trigliserid (Anwar, 2004).
a. Persiapan
Pasien
sebaiknya berada dalam keadaan metabolik yang stabi tanpa adanya perubahan
berat badan, pola makan, kebiasaan merokok, olahraga, tidak sakit berat ataupun
tidak ada operasi dalam 2 bulan terakhir. Selain itu, sebaiknya pasien tidak
mendapatkan pengobatan yang mempengaruhi kadar lipid dalam 2 minggu terakhir.
Apabila keadaan ini tidak memungkinkan, pemeriksaan tetap dilakukan dan
disertai dengan catatan (Anwar, 2004).
b. Pengambilan Bahan
Pemeriksaan
Pengambilan
bahan dilakukan dengan melakukan bendungan vena seminimal mungkin dan bahan
yang diambil adalah serum. Pengambilan bahan ini dilakukan setelah pasien puasa
selama 12-16 jam (Anwar, 2004).
c. Analisis
Analisis
kadar kolesterol dan trigliserid dilakukan dengan metode ensimatik sedangkan analisis
kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL dilakukan dengan metode presipitasi dan
ensimatik. Kadar kolesterol LDL dapat dilakukan secara langsung atau
menggunakan rumus Friedewaid jika didapatkan kadar trigliserida < 400mg/d
menggunakan rumus sebagai berikut (Anwar, 2004):
VII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan penilaian jumlah factor resiko
koroner pada pasien untuk menentukan kolesterol-LDL yang harus dicapai. Berikut
ini adalah tabel faktor resiko (selain kolesterol LDL) yang menentukan sasaran
kolesterol LDL yang ingin dicapai berdasarkan NCEP-ATP III (Sudoyo, 2006):
Tabel
4. Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran Kolesterol LDL
yang Ingin Dicapai
Setelah
menemukan banyaknya faktor resiko pada seorang pasien, maka pasien dibagi kedalam
tiga kelompok resiko penyakit arteri koroner yaitu resiko tinggi, resiko sedang
dan resiko tinggi. Hal ini digambarkan pada tabel berikut ini (Sudoyo, 2006)
Tabel
5. Tiga Kategori Resiko yang Menentukan Sasaran Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
berdasarkan NCEP (Sudoyo, 2006)
Selanjutnya
penatalaksanaan pada pasien ditentukan berdasarkan kategori resiko pada table diatas.
Berikut ini adalah bagan penatalaksanaan untuk masing-masing katagori resiko (
Sudoyo, 2006)
Penatalaksanaan
Dislipidemia terdiri dari:
1.
Penatalaksanaan Umum
Pilar
utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologist yang meliputi modiflkasi
diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan. terapi diet memiliki
tujuan untuk menurunkan resiko PKV dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan
kolesterol serta mengembalikan kesimbangan kalori, sekaligus memperbaiki
nutrisi. Perbaikan keseimbangan kalori biasanya memerlukan peningkatan
penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta pembatasan asupan kalori .
2.
Penatalaksanaan Non- Farmakologi
a. Terapi Nutrisi Medis
Terapi
diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang mengandung
banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika diperlukan
ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan
penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli
gizi.Penilaian pola makan penting untuk menentukan apakah harus dimulai dengan
diet tahap I atau langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap
kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan
(Anwar, 2004). Pada pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total
yang tinggi sebaiknya mengurangi asupan lemak jenuh. Namun pada pasien ini
sebaiknya banyak mengkonsumsi lemak tak jenuh rantai tunggal dan ganda. Asupan
karbohidrat, alkohol dan lemaak perlu dikurangi pada pasien dengan trigliserid
yang tinggi (Sudoyo, 2006).
b. Aktivitas Fisik
Dari
beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL
dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan
meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan
berat badan (Azwar, 2004).
Setiap melakukan
latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
1. Pemanasan dengan
peregangan selama 5-10 menit
2. Aerobik sampai
denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maximal ( 220 -
umur ) selama 20-30
menit .
3. Pendinginan dengan
menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10 menit.
Frekwensi latihan
sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti diutarakan diatas.
Dapat juga dilakukan
2-3x/ minggu dengan lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik.
Pada prinsipnya pasien
dianjurkan melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pasien agar
aktivitas ini berlangsung terus-menerus.
3.
Penatalaksanaan Farmakologi
Pengobatan
farmakologi dilakukan bila terjadi kegagalan dengan pengobatan nonfarmakologis.
Saat ini didapat beberapa golongan obat yaitu golongan resin, asam nikotinat, golongan
statin, derivat asam fibrat, probutol dan lain-lain namun obat lini pertama
yang danjurkan oleh NCEP-ATP III adalah HMG-CoA reductase inhibitor. Apabila ditemukan kadar trigliserid
>400mg/dl maka pengobatan dimulai dengan golongan asam fibrat untuk
menurunkan trigliserid. Menurut kesepakatan kadar kolesterol LDL merupakan
sasaran utama pencegahan penyakit arteri koroner sehingga ketika telah didapatkan
kadar trigliserid yang menurun namun kadar kolesterol LDL belum mencapai sasaran
maka HMG-CoA reductase inhibitor akan dikombinasikan dengan asam fibrat.
Selain itu, terdapat obat kombinasi dalam satu tablet (Niaspan yang merupakan
kombinasi lovastatin dan asam nikotinik) yang jauh lebih efektif dibandingkan
dengan lovastatin atau asam nikotinik sendiri dalam dosis tinggi.
VIII. KOMPLIKASI
Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka
dapat terjadi berbagai macam
komplikasi, antara
lain: 7
1. Atherosklerosis
2. Penyakit jantung
koroner
3. Penyakit
serebrovaskular seperti strok
4. Kelainan pembuluh
darah tubuh lainnya
5.
Pankreatitis akut
Komentar
Posting Komentar